Senin, 22 Juni 2015

makalah kaleodoskop



MAKALAH KARYA NYATA
KREATIFITAS ALAT PERMAINAN EDUKATIF
(APE) DENGAN PENDEKATAN SAINSTIFIK
DARI BARANG BEKAS
KALEIDOSKOP


Dibuat oleh:
UUS TRISNA FARIDA
( PC Kec. Baregbeg )

KELOMPOK BERMAIN (KOBER) AL-BARKAH
Dusun Mekarmulya RT 04 RW 06 Desa Jelat
Kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis
Tahun 2015
KATA PENGANTAR
Terlebih dahulu kami panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, Alhamdulillah kami dapat menyampaikan Makalah Karya Nyata Kreatifitas Alat Permainan Edukatif (APE) Dengan Pendekatan Sainstifik Dari Barang Bekas – Kaleidoskop .
Bahwa dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia dimana pada umumnya citra budaya dewasa saat ini terpengaruhi atas masuknya tren budaya melalui semua media. Yang sangat mengahawatirkan hilangnya kreativitas anak dalam berkarya dengan adanya game-game on-line yang gampang ditemukan di warnet-warnet yang merambah masuk kampung. Diharapkan dengan adanya makalah karya nyata ini anak-anak bisa bersemangat lagi berkarya dengan barang-barang yang ada disekeliling mereka, baik itu berasal dari alam atau barang bekas rumah tangga yang bisa didaur ulang.
Perlu kami sampaikan pula, insyaallah APE yang disampaikan memiliki manfaat bagi mengembangkan kreativitas itu sendiri.
Demikian makalah karya nyata  ini kami buat, semoga bermanfaat untuk semua pihak. Kami sangat menunggu saran dan kritikan anda.
Terimakasih….

Baregbeg, 15 Maret 2015

Penyusun








BAB I
PENDAHULUAN
A.   LATAR BELAKANG MASALAH
Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah telah mengisyaratkan tentang perlunya proses pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan saintifik/ilmiah. Upaya penerapan Pendekatan saintifik/ilmiah dalam proses pembelajaran ini sering disebut-sebut sebagai ciri khas dan menjadi kekuatan tersendiri dari keberadaan Kurikulum 2013, yang tentunya menarik untuk dipelajari dan dielaborasi lebih lanjut.
Melalui tulisan ini, saya akan sedikit bercerita tentang pendekatan saintifik/ilmiah dalam proses pembelajaran sebagaimana yang telah saya pahami selama ini. Menurut hemat saya, upaya penerapan pendekatan saintifik/ilmiah dalam proses pembelajaran bukan hal yang aneh dan mengada-ada tetapi memang itulah yang seharusnya terjadi dalam proses pembelajaran, karena sesungguhnya pembelajaran itu sendiri adalah sebuah proses ilmiah (keilmuan).
Banyak para ahli yang meyakini bahwa melalui pendekatan saintifik/ilmiah, selain dapat menjadikan anak lebih aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, juga dapat mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari suatu fenomena atau kejadian. Artinya, dalam proses pembelajaran, anak dibelajarkan dan dibiasakan untuk menemukan kebenaran ilmiah, bukan diajak untuk beropini apalagi fitnah dalam melihat suatu fenomena. Mereka dilatih untuk mampu berfikir logis, runut dan sistematis, dengan menggunakan kapasistas berfikir tingkat tinggi (High Order Thingking/HOT). “Tidak ada yang lebih penting, selain  fakta“.
Penerapan pendekatan saintifik/ilmiah dalam pembelajaran menuntut adanya perubahan setting dan bentuk pembelajaran tersendiri yang berbeda dengan pembelajaran konvensional. Metode ini berusaha membelajarkan siswa untuk mengenal masalah, merumuskan masalah, mencari solusi  atau menguji  jawaban sementara atas suatu masalah/pertanyaan dengan melakukan penyelidikan (menemukan fakta-fakta melalui penginderaan), pada akhirnya dapat menarik kesimpulan dan menyajikannya secara lisan maupun tulisan.

Sementara itu, Kemendikbud (2013) memberikan konsepsi tersendiri  bahwa pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran didalamnya mencakup komponen: mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Komponen-komponen tersebut seyogyanya  dapat dimunculkan dalam setiap praktik pembelajaran.

Pertumbuhan dan perkembangan anak ditentukan oleh faktor bawaan dan faktor lingkungan. Yang dimaksud dengan faktor bawaan adalah sifat yang diturunkan oleh kedua orangtuanya, misalnya: bentuk wajah, warna kulit, tinggi badan, dan lain sebagainya. Sedangkan faktor lingkungan adalah pengaruh luar yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut, misalnya: kesehatan, gizi, pola asuh, pendidikan, dan lain sebagainya.
Para ahli psikoanalisa berkeyakinan bahwa lingkungan memberi peran yang sangat besar dalam pembentukan sikap, kepribadian, dan pengembangan kemampuan anak secara optimal. Anak yang tidak mendapat lingkungan baik untuk merangsang pertumbuhan otak, misalnya jarang disentuh, jarang diajak bermain, jarang diajak berkomunikasi, maka perkembangan otaknya akan lebih kecil 20 % - 30 % dari ukuran normal seusianya.
Hasil penelitian mengemukakan bahwa pertumbuhan sel jaringan otak pada anak usia 0-4 tahun mencapai 50 %, hingga usia 8 tahun mencapai 80 %, sehingga para ahli menyebut periode perkembangan masa kanak-kanak sebagai masa emas (golden age) yang hanya terjadi satu kali dalam perkembangan kehidupan manusia.
Oleh sebab itu pada usia 3-6 tahun merupakan periode terpenting untuk merangsang pertumbuhan otak anak melalui penyediaan Alat Permainan Edukatif (APE).
Salah satu cara merangsang pertumbuhan dan perkemba ngan ini dengan bermain. Melalui bermain anak akan menggunakan sensorimotorik atau funsionalnya sehingga anak dapat menyalur kan daya imajinasi, fantasi, harapan, sampai pada konflik priba dinya. Anak akan betah bermain bila ada alat permainan edukatif (APE) yang dapat merangsang kecerdasan jamaknya.
Alat Permainan Edukatif (APE) dapat di beli dimana saja, agar upaya pengembangan alat permainan edukatif (APE) dapat dilaku kan secara baik dan optimal maka Orangtua, Pendidik, Pengasuh/ perawat, Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), diberikan pengetahuan tentang cara pembuatan dan penggunaan alat permainan edukatif (APE) Tradisional dan atau APE sederhana. Alat Permainan Edukatif Tradisional, dan atau Sederhana yang dapat dibuat sendiri dari bahan-bahan yang ada di lingkungan rumah, limbah, bahan/alat yang sudah tidak dipakai lagi, atau bahan-bahan yang mudah didapat dalam rumahtangga atau sekitarnya.

B.   ALAT PERMAINAN EDUKATIF

1.      Alat Permainan Edukatif
Alat permainan edukatif adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai sarana atau peralatan untuk bermain yang mengandung nilai pendidikan (edukatif) dan dapat mengembangkan seluruh kemampuan anak.
APE dapat berupa apa saja yang ada di sekeliling kita, misalnya: sapu, piring, gelas, sendok plastik, tutup panci, bangku kecil, dan lain-lain. Tetapi yang dimaksud dalam modul ini adalah APE yang dibuat sendiri dari bahan-bahan yang sudah tidak terpakai lagi atau bahan-bahan yang mudah didapat disekitar kita.
2.      Pengertian Alat Permainan Edukatif (APE)
APE adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai sarana atau peralatan untuk bermain yang mengandung nilai pendidikan (edukatif) dan dapat merangsang pertumbuhan otak pengembangan seluruh aspek kemampuan (potensi) anak. APE dapat berupa apa saja yang ada di sekeliling kita, misalnya: sapu, piring, gelas, sendok plastik, tutup panci, bangku kecil, dan lain-lain.
Persyaratan Alat Permainan Edukatif (APE) adalah :
1. Mengandung nilai pendidikan
2. Aman atau tidak berbahaya bagi anak
3. Menarik dilihat dari warna dan bentuknya
4. Sesuai dengan minat dan taraf perkembangan anak
5. Sederhana, murah, dan mudah diperoleh.
6. Awet tidak mudah rusak dan mudah pemeliharaannya
7. Ukuran dan bentuknya sesuai dengan usia anak
8. Berfungsi mengembangkan kreatifitas dan kecerdasan anak

3.      Alat Permainan Edukatif (APE) sebagai Sarana Bermain
Paradigma proses pembelajaran yang terjadi pada saat ini yaitu belajar sambil bermain. Para pakar sepakat bahwa pendidikan anak usia dini berlangsung sejalan dengan bermain, karena bermain adalah realisasi dari perkembangan diri dari kehidupan anak. Anak dapat tumbuh dan berkembang melalui berbagai kegiatan yang dilakukan anak pada waktu bermain dan melalui pengalaman dari panca indera anak. Anak dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya melalui bermain. Secara tidak sadar bayi telah dapat mengabsorsi stimulus lingkungannya. Selanjutnya dengan bertambahnya usia anak dapat dengan sadar menyerap stimulus lingkungan dan mulai dapat mengorganisasikan serta melakukan generalisasi terhadap pengalaman yang diperoleh.
C.   MANFAAT BERMAIN UNTUK ANAK

1.      Bermain adalah:
a.       Sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai positif bagi anak.
b.      Tidak memiliki tujuan ekstrinsik, namun motivasinya lebih bersifat intrinsik.
c.       Bersifat spontan dan sukarela
d.      Melibatkan peran serta aktif anak
e.       Memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan kreati fitas, kemampuan memecahkan masalah, belajar bahasa, perkembangan sosial, disiplin, mengendalikan emosi dan sebagainya.
2.      Bermain merupakan kegiatan utama yang dilakukan anak dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya.
3.      Bermain untuk anak merupakan dasar untuk belajar. Dalam bermain anak dapat merasakan/mencicipi rasa, menyentuh segala macam obyek yang ditemukan.
4.      Anak bermain dengan menggunakan seluruh panca inderanya
5.      Disaat bermain semua aspek fisik, sosial, emosional, kognitif, dan bahasa anak digunakan secara aktif.
6.      Disaat bermain anak membangun konsep dirinya.
7.      Disaat bermain anak membangun ketrampilan hidupnya (Life Skill).
8.      Bermain yang baik apabila dilakukan atas inisiatif dan kepu-tusan anak sendiri yang didukung oleh Pendidik atau orang dewasa.
9.      Bermain akan bermakna bagi anak apabila terencana, tertata lingkungannya dan diberikan pijakan oleh Pendidik atau orang dewasa sehingga dapat mengembangkan semua kemampuan anak.
10.        Perkembangan sosial anak dalam bermain meliputi perilaku tidak peduli, perilaku menonton, bermain sendiri, bermain berdampingan, bermain bersama dan bekerjasama (Vygotsky).
11.  Fungsi bermain bagi tumbuh kembang anak adalah :
a.         Mempertahankan keseimbangan fisik, intelegensia, sosial-emosional, bahasa dan komunikasi.
b.        Menghayati berbagai pengalaman yang diperoleh melalui kehidupan sehari-hari.
c.         Mengantisipasi peran yang akan dijalankan anak dimasa yang akan datang.
d.        Menyempurnakan berbagai kemampuan melalui berbagai ketrampilan fisik, intelegensia, sosial-emosional, bahasa dan komunikasi secara holistik, dan
e.         Pembentukan perilaku positif dalam hal pembiasaan.

D.   KEMAMPUAN ATAU POTENSI ANAK

Ada 8 macam kemampuan atau potensi yang terdapat dalam diri anak ketika anak sedang belajar tentang dunianya. Setiap kemampuan dapat distimulasi dengan cara yang berbeda. Kedelapan kemampuan tersebut adalah:
  1. Kemampuan Verbal (linguistic intelligence): dapat berkembang bila distimulasi melalui membaca, menulis, berdiskusi, bercerita. Mereka bermain dengan kata-kata.
  2. Kemampuan Logika-matematik (togico-mathematical intelligence): dapat distimulasi melalui menghitung, membedakan bentuk, analisa data. Mereka bermain dengan benda-benda.
  3. Kemampuan Visual-spasial (visual-spatial intelligence): dapat distimulasi melalui kertas warna-warni, balok-balok, puzzle, menggambar, melukis, menonton film. Mereka bermain dengan imajinasi.
  4. Kemampuan Musikal (musical/rhythmic intelligence): dapat distimulasi melalui bunyi-bunyian, nada, memainkan instrumen musik, tepuk tangan. Mereka bermain dengan musikdanbunyi.
  5. Kemampuan kinestetik (bodily/kinesthetic intelligence): dapat distimulasi melalui menari, atletik, bergerak, pantomim. Mereka bermain dengan gerakan tubuh.
  6. Kemampuan Mencintai keindahan alam (naturalist intelligence), dapat distimulasi melalui observasi lingkungan, bercocok tanam, memelihara binatang. Mereka bermain dengan tumbuhan, hewan, dan fenomena alam.
  7. Kemampuan Berkawan (interpersonal intelligence): dapat disti mulasi melalui teman-teman, kerjasama peran, stimulasi konflik. Mereka bermain dengan manusia lain.
  8. Kemampuan Berpikir (intrapersonal intelligence): dapat di stimu lasi melalui bekerja sendiri, membaca dalam hati. Mereka bermain dengan pikiran dan perasaan sendiri.










BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENJELASAN SINGKAT KALEIDOSKOP
Kaleidoskop adalah suatu alat optik yang terbuat dari beberapa cermin yang disusun dengan sudut kemiringan tertentu sehingga dapat menghasilkan pantulan cahaya dengan warna yang indah. Kaleidoskop ditemukan oleh ilmuwan asal Skotlandia bernama Sir David Brewster pada tahun 1816 setelah melakukan penelitian sejak tahun 1814.
Etimologi
Kaleidoskop berasal dari bahasa Yunani kuno καλός (kalos) yang berarti ‘indah’, εδος (eidos) yang berarti ‘bentuk’, dan σκοπέω (skopeō) yang berarti ‘melihat’.
Sejarah
Sir David Brewster memperoleh ide awal pembuatan kaleidoskop pada tahun 1814 dalam penelitiannya mengenai polarisasi cahaya dengan menggunakan kaca. Brewster membuat kaleidoskop pertamanya berbentuk tabung dengan meletakkan sepasang piringan tembus cahaya di satu ujung tabung dan sepasang cermin di ujung lainnya. Di tengah kaleidoskop diletakkan manik-manik sehingga cahaya yang masuk ke dalam kaleidoskop akan memantul dan menghasilkan warna yang disebut Brewster sebagai suatu keindahan optik. Dalam proses paten kaleidoskop, Brewster mengalami kendala dan menyebabkan dirinya merugi karena secara tiba-tiba ada perusahaan yang memproduksi kaleidoskop setelah mengetahui ide penemuannya. Dalam 3 bulan, telah ada ratusan ribu kaleidoskop yang terjual di Inggris dan Perancis.

B.     WAKTU
Untuk waktu yang dibutuhkan dalam pembuatan APE ini antar 60-90 menit.

C.    BAHAN DAN CARA PEMBUATAN
Ø  Bahan-bahan:

 - 1 buah kaleng Pringles (sebelumnya sudah dihias/dilapisi dengan kertas/kain/dicat
)
- gunting/cutter
- alat tulis
- selotip
- lem
- kertas timah/alumunium foil (lebih ideal jika bisa memotong kaca sendiri)
- 1 lembar plastik transparan yang agak tebal
- manik-manik, glass beads warna-warni, potongan-potongan plastik berwarna
- karton
- penggaris untuk mengukur.

Ø  Cara Membuat:
1.      Pertama-tama, gunakan paku dan martil untuk melubangi bagian bawah kaleng, pas di tengahnya. Diameter lubang sekitar 0,5cm-1cm.
2.      Potong 3 bagian karton menjadi 3 buah persegi panjang yang sama persis, menurut pengukuran saya, idealnya panjang 20,5cm dan lebar 5,5cm. Setelah itu lapisi dengan kertas timah secara merata diseluruh permukaannya. Akan sangat ideal kalau bisa membuatnya menggunakan cermin sungguhan. Setelah lem kering, satukan dan bentuklah prisma segitiga dari ketiga potongan karton itu dengan sisi mengkilap di bagian dalam. Bentuknya jadi seperti digambar, beri selotip supaya kuat. 
3.      Masukkan prisma segitiga ke dalam kaleng, pastikan prisma benar-benar pas dan tidak bergerak-gerak di dalam tabung. 
4.      Ukurlah diameter kaleng dan potong 1 buah lingkaran dari plastik transparan tebal. Berdasarkan pengukuran saya, yang ideal adalah membuat lingkaran plastik dengan diameter 6,3cm. Setelah itu, letakkan plastik diatas prisma. Jika tidak punya plastik yang tebal, bisa melapisi plastik tipis hingga 3 lapisan agar lebih mantap.
5.      Masukkan manik-manik, glass beads dan potongan plastik warna-warni yang sudah disiapkan ke atas lingkaran plastik tadi. Jangan terlalu penuh karena supaya kaleidoscope bisa berfungsi baik, manik-manik harus dapat bergerak bebas di dalam tabung.   
6.      Pasang kembali tutup plastik tabung. Tips dari saya (hasil trial & error) bagian plastik bulat kecil yang agak menonjol pada bagian tengah tutup plastik dipotong saja, karena akan menghalangi bergeraknya manik-manik. Jangan lupa untuk melapisi lubang dengan selotip supaya manik-manik tidak tumpah keluar. (Ada juga ide yang sederhana, bukannya menggunakan manik-manik, tapi justru menggambari aneka pola unik pada tutup plastik tabung dengan menggunakan spidol warna-warni, ini tentunya sesuai selera masing-masing).
7.      Sebenarnya bila mengikuti langkah-langkah diatas, kaleidoscope sudah selesai, tapi setelah dicoba berulang kali, saya mendapati bahwa sebaiknya memasang sebuah lembaran karton yang mengelilingi badan bagian luar tabung, supaya menjadi jauh lebih mudah untuk memutar-mutar kaleidoscope.




D.    NILAI-NILAI EDUKATIF
·         BAHASA
Pada kehidupan sehari-hari penjelasan lain dari kaleidoskop adalah bayangan ikan di aquarium. Kita bisa melihat gambar ikan dikarenakan efek pantulan berganda.


·         KOGNITIF
Waktu kita melihat kaleidoskop kita akan melihat beberapa warna dan bentuk. Anak bisa melihat, mengamati, dan menjelaskan apa saja yang dia bisa lihat.
Contoh salah satu gambar yang dihasilkan kaleidoskop:


Mengapa bisa begini?
Cahaya memiliki kecepatan yang berbeda-beda tergantung benda yang dilewatinya. Semakin padat benda yang dilewati, maka semakin lambat ia bergerak.
Jika seberkas cahaya bergerak melalui dua media yang memiliki kepadatan berbeda, maka benda seolah-olah dibelokan. Gejala ini dikenal dengan nama pembiasan.
Misalkan sudut datang cahaya pada gambar di atas lebih kita perbesar perlahan-lahan. Pada sudut tertentu, cahaya tidak lagi dibiaskan, akan tetapi malah dipantulkan. Hal ini disebabkan oleh efek  pantulan berganda. Pengaruh sudut cermin terhadap jumlah bayangan yang dihasilkan.
Cermin yang disusun dalam sudut 60 derajat, menghasilkan 5 buah bayangan. Terlebih bayangan ini akan dipantulkan lebih lanjut oleh bayangan cermin yang dibuatnya.

·         MOTORIK KASAR
Anak bisa memainkan tabung kaleng tersebut sesuai imajinasi mereka. Bisa untuk cerobong, menara bahkan untuk pin bowling.

·         MOTORIK HALUS
Adapun motorik halus yang bisa dilatih adalah cara memutar-mutarkan kaleng. Jelas terlihat bahwa dalam hal tersebut secara tak langsung kita mengajarkan ketelitian dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-tangan. Melatih otot pergelangan tangan dan otot mata.

·         SENI
o   SENI RUPA
Anak bisa menggambar bentuk yang mereka lihat. Kita bisa pula mengambar dengan campuran cat primer yang akan mengahasilkan warna sekunder.

o   SENI TARI DAN PERAN
Kakeidoskop bisa digunakan dalam cabaret tentang seorang pelaut. Dimana dalam dalam cerita pelaut melihat daratan yang jauh dengan menggunakan kaleidoskop sebagai teropong.
Dalam cerita kita bisa sisipkan lagu “ Nenekku seorang pelaut”

Nenek moyangku orang pelaut
Gemar mengarung luas samudra
Menerjang ombak tiada takut
Menempuh badai sudah biasa

Angin bertiup layar terkembang
Ombak berdebur di tepi pantai        
Pemuda b'rani bangkit sekarang
Ke laut kita beramai-ramai


o   SENI MUSIK
Kaleidoskop botol ini bisa digunakan sebagai alat music kocok atau shaker. Karena kaleidoskop yang kita buat tersebut kita bisa bongkar pasang. Kita bisa memutar lagu dengan irama yang tidak terlalu cepat dan mengarahkan anak supaya mengikuti irama lagu dengan cara mengocok boneka botol tersebut sesuai keinginan mereka.



E.     SASARAN ANAK
Anak yang bisa mengikuti kegiatan ini diantara anak umur 4-6 tahun karena dilihat dari bahan kita menggunakan alat-alat yang cukup tajam. Untuk anak umur dibawah umur tadi mungkin harus dijelaskan beberapa kali mengenai alat yang tidak boleh dimakan. Sedangkan untuk yang sudah umur 5 tahun biasanya mereka suka lebih mengerti Cuma dalam 1 kata saja.





















BAB III
PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Kami banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami sebagai penulis demi sempurnanya makalah ini dan dipenulisan makalah dikesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi kami pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya. 

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda