makalah mendongeng
MAKALAH
MENINGKATKAN
KRETIFITAS ANAK USIA DINI
MELALUI
METODE BERCINTA
“KAKTUS YANG MALANG”
Karya :
Leksono Agung
Disusun
Oleh :
NANI
HARYANI, S.Pd Aud
( PC Kec. Baregbeg )
SATUAN PAUD SEJENIS (SPS) AL-KHOERIYAH
Dusun
Desa Sukamaju
Kecamatan
Baregbeg Kabupaten Ciamis
Tahun 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang
mengisahkan tentang perbuatan atau suatu kejadian dan disampaikan secara lisan
dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain (Bacrtiar
S Bachir: 2005: 10). Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan
tentang perbuatan, pengalaman atau sesuatu kejadian yang sungguh-sungguh
terjadi maupun yang rekaan belaka.
Bercerita
adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain
dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk
pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng yang untuk didengarkan dengan rasa
menyenangkan oleh karena orang yang menyajikan cerita tersebut menyampaikan
dengan menarik.
Di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
bercerita adalah salah satu metode pengembangan bahasa yang dapat mengembangkan
beberapa aspek fisik maupun psikis anak usia dini sesuai dengan tahap
perkembangannya. Sedangkan metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian
materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak.
Dalam pembelajaran pendidikan
di PAUD seorang guru harus memahami bagaimana peran dan fungsi metode bercerita
dalam mengembangkan kemampuan berbahasa anak, seperti kemampuan berbahasa
secara reseptif (understanding) yang bersifat pengertian, dan kemampuan
berbahasa secara ekspresif (producing) yang bersifat pernyataan. Anak usia dini
berada dalam fase perkembangan bahasa secara ekspresif. Hal ini berarti anak
telah dapat mengungkapkan keinginannya, penolakannya, maupun pendapatnya dengan
menggunakan bahasa lisan.
Bahasa merupakan alat komunikasi
sebagai wujud dari kontak social dalam menyatakan gagasan atau ide-ide dan
perasaan-perasaan oleh setiap individu sehingga dalam mengembangkan bahasa yang
bersifat ekspresif, seorang anak memerlukan cara yang sesuai dengan tingkat
perkembangan usia dini dengan memperhatikan factor-faktor yang mempengaruhi
pribadi anak tersebut. Melalui bercerita, dapat membantu mereka dalam
mengembangkan dan melatih kemampuan bahasa yang anak-anak miliki dan dengan
melalui cerita anak lebih dituntut aktif dalam mengembangkan bahasanya
khususnya bahasa ekspresif dibantu oleh arahan dan bimbingan guru.
Metode bercerita memang sesuatu yang
sangat menarik, Karena metode tersebut sangat digemari anak-anak, apalagi jika
metode yang digunakan ditunjang dengan penggunaan bahasa yang sederhana dan
mudah dipahami anak-anak, sehingga anak lebih berpotensi dalam mengembangkan
bahasa yang sifatnya ekspresif.
Dr.Abdul
Aziz dan Abdul Majid (2002:16) dalam bukunya ‘’Mengajarkan anak lewat cerita
‘’mengatakan’’ sebagai dari cerita-cerita yang ada, meliputi beberapa unsur
yang negatif. Hal ini dikarenakan pembawaan cerita tersebut tidak mengindahkan
nilai estetika dan norma’’. Mungkin dengan cerita si anak akan melakukan
hal-hal buruk karena semua informasi dan peristiwa yang tercakup dalam sebuah
cerita akan berdampak sekali dalam pembentukan akal, dan norma seorang anak, baik
dari segi budaya, imajenasi maupun bahasa kesehariaanya.
Pendidikan
anak usia dini harus dapat berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menciptakan
situasi pembelajaran yang dapat mengembangkan seluruh potensi anak termaksud
pengembangan bahasa. Menurut Piaget (Tanpubolon,1991) “sejak lahir hingga
dewasa pikiran anak melalui berkembangan melalui jenjang-jenjang berperiode
sesuai dengan tingkatan kematangan anak itu secara keseluruhan dengan
interaksi-interaksinya dengan lingkunganya’’.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
dari uraian latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka muncul rumusan
masalah yaitu: Bagaimana penerapan metode bercerita dalam pengembangan kreatifitas
anak usia dini.
C. Tujuan Penyusunan
Berdasarkan dari uraian latar belakang yang
telah dipaparkan di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu untuk
mengetahui penerapan metode bercerita dalam pengembangan kemampuan kreatifitas
anak usia dini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Pengertian Metode Bercerita
Metode
bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi pembelajaran secara
lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak didik. Dalam pelaksanaan
kegiatan pembelajaran di PAUD, metode bercerita dilaksanakan dalam upaya
memperkenalkan, memberikan keterangan, atau penjelasan tentang hal baru dalam
rangka menyampaikan pembelajaran yang dapat mengembangkan berbagai kompetensi
dasar usia anak PAUD. Oleh karena itu materi yang disampaikan berbentuk cerita
yang awal dan akhirnya berhubungan erat dalam kesatuan yang utuh, maka cerita
tersebut harus dipersiapkan terlebih dahulu. Biasanya kegiatan bercerita
dilaksanakan pada kegiatan penutup, sehingga kalau anak pulang, anak menjadi
tenang dan senang setelah mengikuti pembelajaran, Namun demikian pada
prakteknya tidak selalu pada saat kegiatan penutup, bercerita dapat dilakukan
pada saat kegiatan pembukaan, kegiatan inti, maupun pada waktu-waktu senggang
di sekolah, misalnya pada saat waktu istirahat, karena mendengarkan cerita
adalah sesuatu yang mengasyikkan bagi anak usia PAUD.
Menurut
Tampubolon (1991:50), “Bercerita kepada anak memainkan peranan penting bukan
saja dalam menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca, tetapi juga dalam mengembangkan
bahasa dan pikiran anak”.
B. Unsur-unsur Metode Bercerita
Berdasarkan
definisi tersebut, cerita mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
a. Tuturan, yaitu upaya yang membentangkan
bagaimana terjadinya suatu hal, peristiwa, dan kejadian.
b. Karangan, yaitu upaya yang menuturkan
perbuatan, pengalaman atau penderitaan orang, kejadian, dan lain-lain, baik
kisah nyata maupun rekaan.
c. Lakon yang mewujudkan atau
dipertunjukkan dalam gambar hidup, sandirawa, wayang dan lain-lain.
d. Dongeng, yaitu cerita yang tidak
benar-benar terjadi atau cerita rekaan belaka.
C.
Tujuan
Metode Bercerita
Tujuan bagi anak
usia 4-6 tahun antara lain sebagai berikut:
a. Memberikan informasi atau menanamkan
nilai-nilai sosial, moral dan keagamaan, pemberian informasi tentang lingkungan
fisik dan lingkungan sosial.
b. Anak mampu mendengarkan dengan seksama
terhadap apa yang disampaikan oleh orang lain.
c. Anak dapat bertanya apabila tidak
memahaminya.
d. Anak dapat menjawab pertanyaan.
e. Anak dapat menceritakan dan
mengekspresikan terhadap apa yang didengarkan dan diceritakannya,sehingga
hikmah dari isi cerita dapat dipahami dan lambat laun didengarkan,
diperhatikan, dilaksanakan dan diceritakannya pada orang lain.
Adapun fungsi dari pada metode bercerita (Moeslichatoen 2004:45) yaitu :
1)
Melatih daya konsentrasi,
2) Melatih mengungkapkan daya
pikir,
3) Menambah pengetahuan dan
keterampilan anak dalam mengkomunikasikan isi gambar,
4) Melatih menghubungkan isi
gambar sesuai dengan imajinasi anak,
5) Melatih mengungkapkan
imajinasi anak,
6) Melatih anak berkomunikasi
secara lisan,
7) Menambah kosa kata dalam
berbahasa.
D.
Manfaat
Metode Bercerita
Metode
bercerita dalam kegiatan pengajaran di PAUD mempunyai beberapa manfaat penting
bagi pencapaian tujuan pendidikan PAUD antara lain:
a. Untuk menanamkan kejujuran, keberanian,
kesetiaan, keramahan, ketulusan dan dan sikap-sikap positif yang lain dalam
kehidupan lingkungan keluarga, sekolah dan luar sekolah.
b. Dapat memberikan sejumlah pengetahuan
sosial, nilai-nilai moral, dan keagamaan.
c. Kegiatan bercerita dapat memberikan
pengalaman belajar untuk berlatih mendengarkan.
d. Kegiatan bercerita dapat memberikan
pengalaman belajar yang unik dan menarik, serta dapat menggetarkan
perasaan, membangkitkan semangat dan dan menimbulkan keasyikan tersendiri maka
kegiatan bercerita memungkinkan mengembangkan dimensi perasaan anak.
e. Untuk memberikan informasi tentang
kehidupan sosial anak dengan orang yang ada disekitarnya dengan bermacam
pekerjaan.
f. Dapat membantu anak membangun bermacam
kemungkinan propesi yang dipilih anak dan bermacam layanan jasa yang ingin
disumbangkan anak kepada masyarakat.
g. Kegiatan bercerita dalam kaitan
kehidupan sosial anak dapat dipergunakan guru untuk menuturkan bermacam
pekerjaan yang ada dalam masyarakat yang beraneka ragam yang dapat menimbulkan
sikap pada diri anak yang dapat menghargai bermacam-macam pekerjaan.
h. Melatih daya serap anak, artinya anak
usia dini dapat dirangsang, untuk mampu memahami isi atau ide-ide pokok dalam
cerita secara keseluruhan.
i.
Melatih
daya pikir anak, artinya anak dapat terlatih untuk memahami proses cerita,
mempelajari hubungan sebab akibatnya termasuk hubungan-hubungan dalam cerita.
j.
Melatih
daya konsentrasi anak, untuk memusatkan perhatiannya kepada keseluruhan cerita.
k. Melatih daya imajinasi anak.
l.
Membantu
perkembangan bahasa anak dalam berkomunikasi secara efektif dan efisien
sehingga proses percakapan menjadi komunikatif.
Menurut Tadkiroatun Musfiroh, (2005:95) ditinjau dari
beberapa aspek, manfaat metode bercerita sebagai berikut:
1)
Membantu pembentukan pribadi dan moral anak,
2)
Menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi,
3)
Memacu kemampuan verbal anak,
4)
Merangsang minat menulis anak,
5)
Merangsang minat baca anak,
6)
Membuka cakrawala pengetahuan anak
Sedangkan menurut Bachri (2005: 11), manfaat bercerita
adalah “dapat memperluas wawasan dan cara berfikir anak, sebab dalam bercerita
anak mendapat tambahan pengalaman yang bisa jadi merupakan hal baru baginya”.
E. Kelebihan dan Kekurangan Metode
Bercerita
Adapun kelebihan dan kekurangan daripada metode bercerita (Dhieni, 2006 :
6.9) antara lain :
1) Dapat menjangkau jumlah anak yang relatif banyak,
2)
Waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan efektif dan efisien,
3) Pengaturan kelas menjadi lebih sederhana,
4) Guru dapat menguasai kelas dengan mudah,
5) Secara relatif tidak banyak memerlukan biaya,
6) Anak didik menjadi pasif, karena lebih banyak mendengarkan atau menerima
penjelasan dari guru,
7) Kurang merangsang perkembangan kreativitas dan kemampuan siswa untuk
mengutarakan pendapatnya,
8) Daya serap atau daya tangkap anak didik berbeda dan masih lemah sehingga
sukar dipahami tujuan pokok isi cerita,
9) Cepat menumbuhkan rasa bosan terutama apabila penyajiannya tidak
menarik.
F.
Alat atau
Media Metode Bercerita
Menurut Hi,Titi Surtiati dan Sri
Rejeki,1991:1 Media Pendidikan dalam pengertian yang luas adalah semua benda,
tindakan atau keadaan yang sengaja diusahakan\diadakan untuk memenuhi kebutuhan
pendidikan PAUD
dalam rangka dan tujuan. Sedangkan sarana adalah merupakan media pendidikan
untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Salah satu dari sarana tersebut adalah
alat peragaan atau alat bermain. Untuk alat atau benda langsung memperhatikan
kebersihan, keamanan dan kemudahan bagi guru maupun untuk anak saat
mempergunakan.Untuk media tiruan gambar atau benda harus memiliki nilai seni
gambar untuk anak usia PAUD.
G.
Bentuk-bentuk
bercerita
Bentuk-bentuk
metode bercerita tersebut terbagi dua yaitu:
1.
Bercerita tanpa alat peraga.
2.
Bercerita dengan alat peraga.
Bentuk
bercerita dengan alat peragaan terbagi dua yaitu:
1.
Bercerita dengan alat peragaan langsung.
2.
Bercerita dengan alat peraga tak langsung\benda tiruan.
H.
Teknik
Pelaksanaan Metode Bercerita
Petunjuk teknis pelaksanaan yang jelas
bagi guru agar pesan moral atau pesan pengetahuan yang disampaikan melalui
cerita dapat diterima oleh anak didik PAUD. Teknik pelaksanaan
bercerita tanpa alat dan dengan alat akan bersama-sama ada pelajari dengan
bentuk-bentuk bercerita.
BAB
III
PEMBAHASAN
A.
Cerita
Kaktus yang Malang
Karya : Leksono Agung
Halaman
rumah Nina dipenuhi oleh bunga-bunga cantik yang tertata rapi dipot-pot mungil.
Ada bunga mawar, bunga matahari, dan lain sebagainya. Selain berbagai bunga,
Nana juga mempunyai tanaman kaktus mini di dalam pot. Semuanya terawat dan
terlihat cantik. Nana rajin merawat dan menyiram tanaman miliknya.
Sore
itu Nana sedang menyirami bunga mawar, dan bunga matahari. Semua tanaman hiass
tidak lupa disiram, kecuali kaktus. Kaktus mini merasa iri dia merasa tidak
diperhatikan oleh Nana.
“Huh,
kenapa sih Nana tidak pernah menyiram aku seperti mawar dan matahari? Aku hanya
disiram beberapa sekali” gumam kaktus kepada dirinya sendiri. Dia melihat tubuh
mawar dan matahari yang nampak basah dan segar. Kaktus ingin diperlakukan
seperti mereka.
“ Kaktus mengapa mukamu terlihat murung?”
tanya mawar yang berada di dekat kaktus.
Kaktus pu bercerita.
“
Aku iri terhadap kamu dan bunga-bunga lain. Kalian selalu diperhatikan dan
disiram oleh Nana setiap pagi dan sore hari. Sementara aku diabaikan, aku hanya
di siram tiga hari sekali.”
Kaktus, mawar dan matahari
“
Kaktus, kamu jangan berpikir seperti itu. Nanamenyiram aku, matahari dan yang
lain setiap pagi dan sore hari karena kami akan layu jika tidak disiram.” Kata
mawar mencoba menghibur kaktus. “ Apa yang dikatakan mawarbenar, kaktus. Kami
tidak sekuat kamu. Kamu kuat, kamu tetap dapat hidup meski tidak disiram setiap
hari.” Matahari menambahkan ucapan mawar.
Kaktus melihat Nana sedang menyiram
bunga-bunga lain yang tumbuh di tanah.
Kaktus mencoba merenungi perkataan
mawar dan matahari.
“
Apa iya sih, bukannya Nana tidak menyiram aku seperti mereka, itu karena Nana
tidak menyayangi aku?” batin kaktus dalam hati. Kaktus masih saja bersedih
meski teman-teman menghiburnya.
Kaktus,
matahari. dan Nana
“
Aku yakin Nana tidak sayang kepadaku. Coba kalian lihat, semua tanaman disiram
dan dirawat olehnya, hanya aku yang tidak!” Kaktus terisak.
Kaktus merasa
menjadi tanaman yang paling malang di antara teman-temannya. “Sssttt.......
kamu jangan menangis kaktus. Lihat, Nana berjalan menghapirimu “ Kata Matahari
memberitahu.
Nana memperhatikan Kaktus.
Kaktus
diam. Ia melihat Nana mengenakan sarung tangan, kemudian menyentuh duri kecilnya.
Nana memperhatikan kaktus dengan seksama, mencari-cari apakah ada penyakit
dalam diri kaktus. Selain itu, Nana juga memercikan air sedikit ke tubuh
kaktus.
Nana
membawa kaktus ke dalam rumah
“
Kaktus yang cantik, tidak berpenyakit, dan tumbuh dengan kuat.” Nana berkata
pada dirinya sendiri sambil tersenyum. Nana senang dan merasa puas terhadap
tanamannya yang tumbuh cantik dan kuat. Ia melepas sarung tangan dan masuk ke
dalam rumah dengan membawa peralatan menyiramnya.
Kaktus, Mawar
dan Matahari
“ Hei, apakah
kalian melihat apa yang baru saja dilakukan Nana terhadapku?” Apa aku tidak
bermimpi?” tanya kaktusbkepada Mawar dan Matahari dengan penuh kegirangan.
Kaktus sempat terkejut ketika Nana memercikan air ke tubuhnya.
Kaktus, Mawar
dan Matahari
“
Iya Kaktus, kami melihatnya. Nana merawatmu seperti kami semua kan? Itu artinya
Nana masih menyayangi dan memperhatikanmu.” Kata Matahari.
Kaktus menyetujui perkataan
Matahari, dia sekarang tidak merasa sedih lagi.
Kaktus,
Mawar dan Matahari
Maafkan
aku teman, tadi aku sempat merasa iri terhadap kalian. Aku juga merasa bersalah
terhadap Nana karena telah berburuk sangka kepadanya.” Pinta Kaktus kepada
Mawar, dan Matahari. “ Tidak apa-apa Kaktus,kami mengerti perasaanmu. Nana itu
anak yang baik, dia selalu merawat kita tanpa kecuali.” Nasihat Mawar
B.
Nilai-nilai Edukatif
1. Nilai-nilai Agama dan Moral
Agar dianjurkan unutk
menyayangi makhluk ciptaan Allah SWT
contohnya tanaman.
2. Kognitif
Anak dapat mengenal dan
membedakan warna bunga menurut jenisnya serta anak belajar berhitung lewat
bunga.
3. Bahasa
Anak dapat mengenal
nama-nama jenis bunga.
4. Seni
-
Seni
Musik
Anak bisa menyanyikan
lagu “Lihat Kebunku”
-
Seni
Rupa
Anak bisa mewarnai
gambar bunga sederhana
-
Seni
Peran
Anak bisa bersandiwara
sebagai nana dalam cerita
5. Motorik
Anak
belajar melatih kelenturan tangan lewat mewarnai dan berwayang.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil
penelitian dan pembahasan dapat dipaparkan bahwa penerapan metode bercerita
dapat mengembangkan bahasa ekspresif anak. Hal ini dapat dilihat dengan
langkah-langkah penerapan metode bercerita sebagai berikut :
1) Anak
mengatur posisi duduknya,
2) Anak
memperhatikan guru menyiapkan alat peraga,
3) Anak
termotivasi untuk mendengarkan cerita,
4) Anak diberi
kesempatan untuk memberi judul cerita,
5) Mendengarkan
judul cerita,
6) Anak mendengarkan cerita guru sambil
memperhatikan gambar yang guru perlihatkan,
7) Setelah
selesai bercerita anak memberikan kesimpulan isi cerita,
8) Guru
melengkapi kesimpulan tentang isi cerita dari anak.
B. Saran
Bagi guru PAUD khususnya, diharapkan mampu menerapkan metode
yang tepat dalam proses pembelajaran, utamanya dalam kegiatan metode bercerita.
Hal ini disebabkan karena tidak semuanya anak normal, kadang kala ada anak yang
mempunyai kepribadian yang lain, misalnya autis, dan ini tentunyan membutuhkan
keterampilan yang tepat.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda