Rabu, 09 September 2015

makalah mendongeng



MAKALAH
MENINGKATKAN KRETIFITAS ANAK USIA DINI
MELALUI METODE BERCINTA

“KAKTUS YANG MALANG”
Karya         : Leksono Agung


Disusun Oleh :
NANI HARYANI, S.Pd Aud
( PC Kec. Baregbeg )


SATUAN PAUD SEJENIS (SPS) AL-KHOERIYAH
Dusun Desa Sukamaju
Kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis
Tahun 2015
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau suatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain (Bacrtiar S Bachir: 2005: 10). Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan, pengalaman atau sesuatu kejadian yang sungguh-sungguh terjadi maupun yang rekaan belaka.
Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng yang untuk didengarkan dengan rasa menyenangkan oleh karena orang yang menyajikan cerita tersebut menyampaikan dengan menarik.
Di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) bercerita adalah salah satu metode pengembangan bahasa yang dapat mengembangkan beberapa aspek fisik maupun psikis anak usia dini sesuai dengan tahap perkembangannya. Sedangkan metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak.
 Dalam pembelajaran pendidikan di PAUD seorang guru harus memahami bagaimana peran dan fungsi metode bercerita dalam mengembangkan kemampuan berbahasa anak, seperti kemampuan berbahasa secara reseptif (understanding) yang bersifat pengertian, dan kemampuan berbahasa secara ekspresif (producing) yang bersifat pernyataan. Anak usia dini berada dalam fase perkembangan bahasa secara ekspresif. Hal ini berarti anak telah dapat mengungkapkan keinginannya, penolakannya, maupun pendapatnya dengan menggunakan bahasa lisan.
Bahasa merupakan alat komunikasi sebagai wujud dari kontak social dalam menyatakan gagasan atau ide-ide dan perasaan-perasaan oleh setiap individu sehingga dalam mengembangkan bahasa yang bersifat ekspresif, seorang anak memerlukan cara yang sesuai dengan tingkat perkembangan usia dini dengan memperhatikan factor-faktor yang mempengaruhi pribadi anak tersebut. Melalui bercerita, dapat membantu mereka dalam mengembangkan dan melatih kemampuan bahasa yang anak-anak miliki dan dengan melalui cerita anak lebih dituntut aktif dalam mengembangkan bahasanya khususnya bahasa ekspresif dibantu oleh arahan dan bimbingan guru.
Metode bercerita memang sesuatu yang sangat menarik, Karena metode tersebut sangat digemari anak-anak, apalagi jika metode yang digunakan ditunjang dengan penggunaan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami anak-anak, sehingga anak lebih berpotensi dalam mengembangkan bahasa yang sifatnya ekspresif.
Dr.Abdul Aziz dan Abdul Majid (2002:16) dalam bukunya ‘’Mengajarkan anak lewat cerita ‘’mengatakan’’ sebagai dari cerita-cerita yang ada, meliputi beberapa unsur yang negatif. Hal ini dikarenakan pembawaan cerita tersebut tidak mengindahkan nilai estetika dan norma’’. Mungkin dengan cerita si anak akan melakukan hal-hal buruk karena semua informasi dan peristiwa yang tercakup dalam sebuah cerita akan berdampak sekali dalam pembentukan akal, dan norma seorang anak, baik dari segi budaya, imajenasi maupun bahasa kesehariaanya.
Pendidikan anak usia dini harus dapat berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menciptakan situasi pembelajaran yang dapat mengembangkan seluruh potensi anak termaksud pengembangan bahasa. Menurut Piaget (Tanpubolon,1991) “sejak lahir hingga dewasa pikiran anak melalui berkembangan melalui jenjang-jenjang berperiode sesuai dengan tingkatan kematangan anak itu secara keseluruhan dengan interaksi-interaksinya dengan lingkunganya’’.
B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka muncul rumusan masalah yaitu: Bagaimana penerapan metode bercerita dalam pengembangan kreatifitas anak usia dini.

C. Tujuan Penyusunan
Berdasarkan dari uraian latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui penerapan metode bercerita dalam pengembangan kemampuan kreatifitas anak usia dini.







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A.     Pengertian Metode Bercerita
Metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak didik. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di PAUD, metode bercerita dilaksanakan dalam upaya memperkenalkan, memberikan keterangan, atau penjelasan tentang hal baru dalam rangka menyampaikan pembelajaran yang dapat mengembangkan berbagai kompetensi dasar usia anak PAUD. Oleh karena itu materi yang disampaikan berbentuk cerita yang awal dan akhirnya berhubungan erat dalam kesatuan yang utuh, maka cerita tersebut harus dipersiapkan terlebih dahulu. Biasanya kegiatan bercerita dilaksanakan pada kegiatan penutup, sehingga kalau anak pulang, anak menjadi tenang dan senang setelah mengikuti pembelajaran, Namun demikian pada prakteknya tidak selalu pada saat kegiatan penutup, bercerita dapat dilakukan pada saat kegiatan pembukaan, kegiatan inti, maupun pada waktu-waktu senggang di sekolah, misalnya pada saat waktu istirahat, karena mendengarkan cerita adalah sesuatu yang mengasyikkan bagi anak usia PAUD.
Menurut Tampubolon (1991:50), “Bercerita kepada anak memainkan peranan penting bukan saja dalam menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca, tetapi juga dalam mengembangkan bahasa dan pikiran anak”.

B.     Unsur-unsur Metode Bercerita
Berdasarkan definisi tersebut, cerita mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
a.       Tuturan, yaitu upaya yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal, peristiwa, dan kejadian.
b.      Karangan, yaitu upaya yang menuturkan perbuatan, pengalaman atau penderitaan orang, kejadian, dan lain-lain, baik kisah nyata maupun rekaan.
c.       Lakon yang mewujudkan atau dipertunjukkan dalam gambar hidup, sandirawa, wayang dan lain-lain.
d.      Dongeng, yaitu cerita yang tidak benar-benar terjadi atau cerita rekaan belaka.

C.     Tujuan Metode Bercerita
Tujuan bagi anak usia 4-6 tahun antara lain sebagai berikut:
a.       Memberikan informasi atau menanamkan nilai-nilai sosial, moral dan keagamaan, pemberian informasi tentang lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
b.      Anak mampu mendengarkan dengan seksama terhadap apa yang disampaikan oleh orang lain.
c.       Anak dapat bertanya apabila tidak memahaminya.
d.      Anak dapat menjawab pertanyaan.
e.       Anak dapat menceritakan dan mengekspresikan terhadap apa yang didengarkan dan diceritakannya,sehingga hikmah dari isi cerita dapat dipahami dan lambat laun didengarkan, diperhatikan, dilaksanakan dan diceritakannya pada orang lain.
Adapun fungsi dari pada metode bercerita (Moeslichatoen 2004:45) yaitu :
1)      Melatih daya konsentrasi,
2)      Melatih mengungkapkan daya pikir,
3)      Menambah pengetahuan dan keterampilan anak dalam mengkomunikasikan isi gambar,
4)      Melatih menghubungkan isi gambar sesuai dengan imajinasi anak,
5)      Melatih mengungkapkan imajinasi anak,
6)      Melatih anak berkomunikasi secara lisan,
7)      Menambah kosa kata dalam berbahasa.

D.     Manfaat Metode Bercerita
Metode bercerita dalam kegiatan pengajaran di PAUD mempunyai beberapa manfaat penting bagi pencapaian tujuan pendidikan PAUD antara lain:
a.       Untuk menanamkan kejujuran, keberanian, kesetiaan, keramahan, ketulusan dan dan sikap-sikap positif yang lain dalam kehidupan lingkungan keluarga, sekolah dan luar sekolah.
b.      Dapat memberikan sejumlah pengetahuan sosial, nilai-nilai moral, dan keagamaan.
c.       Kegiatan bercerita dapat memberikan pengalaman belajar untuk berlatih mendengarkan.
d.      Kegiatan bercerita dapat memberikan pengalaman belajar yang unik dan menarik, serta dapat menggetarkan  perasaan, membangkitkan semangat dan dan menimbulkan keasyikan tersendiri maka kegiatan bercerita memungkinkan mengembangkan dimensi perasaan anak.
e.       Untuk memberikan informasi tentang kehidupan sosial anak dengan orang yang ada disekitarnya dengan bermacam pekerjaan.
f.       Dapat membantu anak membangun bermacam kemungkinan propesi yang dipilih anak dan bermacam layanan jasa yang ingin disumbangkan anak kepada masyarakat.
g.      Kegiatan bercerita dalam kaitan kehidupan sosial anak dapat dipergunakan guru untuk menuturkan bermacam pekerjaan yang ada dalam masyarakat yang beraneka ragam yang dapat menimbulkan sikap pada diri anak yang dapat menghargai bermacam-macam pekerjaan.
h.      Melatih daya serap anak, artinya anak usia dini dapat dirangsang, untuk mampu memahami isi atau ide-ide pokok dalam cerita secara keseluruhan.
i.        Melatih daya pikir anak, artinya anak dapat terlatih untuk memahami proses cerita, mempelajari hubungan sebab akibatnya termasuk hubungan-hubungan dalam cerita.
j.        Melatih daya konsentrasi anak, untuk memusatkan perhatiannya kepada keseluruhan cerita.
k.      Melatih daya imajinasi anak.
l.        Membantu perkembangan bahasa anak dalam berkomunikasi secara efektif dan efisien sehingga proses percakapan menjadi komunikatif.
Menurut Tadkiroatun Musfiroh, (2005:95) ditinjau dari beberapa aspek, manfaat metode bercerita sebagai berikut:
1)      Membantu pembentukan pribadi dan moral anak,
2)      Menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi,
3)      Memacu kemampuan verbal anak,
4)      Merangsang minat menulis anak,
5)      Merangsang minat baca anak,
6)      Membuka cakrawala pengetahuan anak
Sedangkan menurut Bachri (2005: 11), manfaat bercerita adalah “dapat memperluas wawasan dan cara berfikir anak, sebab dalam bercerita anak mendapat tambahan pengalaman yang bisa jadi merupakan hal baru baginya”.

E.     Kelebihan dan Kekurangan Metode Bercerita
Adapun kelebihan dan kekurangan daripada metode bercerita (Dhieni, 2006 : 6.9) antara lain :
1)  Dapat menjangkau jumlah anak yang relatif banyak,
2) Waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan efektif dan efisien,
3) Pengaturan kelas menjadi lebih sederhana,
4) Guru dapat menguasai kelas dengan mudah,
5) Secara relatif tidak banyak memerlukan biaya,
6) Anak didik menjadi pasif, karena lebih banyak mendengarkan atau menerima penjelasan dari guru,
7) Kurang merangsang perkembangan kreativitas dan kemampuan siswa untuk mengutarakan pendapatnya,
8) Daya serap atau daya tangkap anak didik berbeda dan masih lemah sehingga sukar dipahami tujuan pokok isi cerita,
9) Cepat menumbuhkan rasa bosan terutama apabila penyajiannya tidak menarik.

F.      Alat atau Media Metode Bercerita
Menurut Hi,Titi Surtiati dan Sri Rejeki,1991:1 Media Pendidikan dalam pengertian yang luas adalah semua benda, tindakan atau keadaan yang sengaja diusahakan\diadakan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan PAUD dalam rangka dan tujuan. Sedangkan sarana adalah merupakan media pendidikan untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Salah satu dari sarana tersebut adalah alat peragaan atau alat bermain. Untuk alat atau benda langsung memperhatikan kebersihan, keamanan dan kemudahan bagi guru maupun untuk anak saat mempergunakan.Untuk media tiruan gambar atau benda harus memiliki nilai seni gambar untuk anak usia PAUD.

G.    Bentuk-bentuk bercerita
Bentuk-bentuk metode bercerita tersebut terbagi dua yaitu:
1. Bercerita tanpa alat peraga.
2. Bercerita dengan alat peraga.
Bentuk bercerita dengan alat peragaan terbagi dua yaitu:
1. Bercerita dengan alat peragaan langsung.
2. Bercerita dengan alat peraga tak langsung\benda tiruan.

H.    Teknik Pelaksanaan Metode Bercerita
Petunjuk teknis pelaksanaan yang jelas bagi guru agar pesan moral atau pesan pengetahuan yang disampaikan melalui cerita dapat diterima oleh anak didik  PAUD. Teknik pelaksanaan bercerita tanpa alat dan dengan alat akan bersama-sama ada pelajari dengan bentuk-bentuk bercerita.

BAB III
PEMBAHASAN
A.    Cerita
Kaktus yang Malang
Karya : Leksono Agung

Halaman rumah Nina dipenuhi oleh bunga-bunga cantik yang tertata rapi dipot-pot mungil. Ada bunga mawar, bunga matahari, dan lain sebagainya. Selain berbagai bunga, Nana juga mempunyai tanaman kaktus mini di dalam pot. Semuanya terawat dan terlihat cantik. Nana rajin merawat dan menyiram tanaman miliknya.

Sore itu Nana sedang menyirami bunga mawar, dan bunga matahari. Semua tanaman hiass tidak lupa disiram, kecuali kaktus. Kaktus mini merasa iri dia merasa tidak diperhatikan oleh Nana.

“Huh, kenapa sih Nana tidak pernah menyiram aku seperti mawar dan matahari? Aku hanya disiram beberapa sekali” gumam kaktus kepada dirinya sendiri. Dia melihat tubuh mawar dan matahari yang nampak basah dan segar. Kaktus ingin diperlakukan seperti mereka.
 “ Kaktus mengapa mukamu terlihat murung?” tanya mawar yang berada di dekat kaktus.
Kaktus pu bercerita.
“ Aku iri terhadap kamu dan bunga-bunga lain. Kalian selalu diperhatikan dan disiram oleh Nana setiap pagi dan sore hari. Sementara aku diabaikan, aku hanya di siram tiga hari sekali.”



Kaktus, mawar dan matahari
“ Kaktus, kamu jangan berpikir seperti itu. Nanamenyiram aku, matahari dan yang lain setiap pagi dan sore hari karena kami akan layu jika tidak disiram.” Kata mawar mencoba menghibur kaktus. “ Apa yang dikatakan mawarbenar, kaktus. Kami tidak sekuat kamu. Kamu kuat, kamu tetap dapat hidup meski tidak disiram setiap hari.” Matahari menambahkan ucapan mawar.

Kaktus melihat Nana sedang menyiram bunga-bunga lain yang tumbuh di tanah.
Kaktus mencoba merenungi perkataan mawar dan matahari.
“ Apa iya sih, bukannya Nana tidak menyiram aku seperti mereka, itu karena Nana tidak menyayangi aku?” batin kaktus dalam hati. Kaktus masih saja bersedih meski teman-teman menghiburnya.

Kaktus, matahari. dan Nana
“ Aku yakin Nana tidak sayang kepadaku. Coba kalian lihat, semua tanaman disiram dan dirawat olehnya, hanya aku yang tidak!” Kaktus terisak.
Kaktus merasa menjadi tanaman yang paling malang di antara teman-temannya. “Sssttt....... kamu jangan menangis kaktus. Lihat, Nana berjalan menghapirimu “ Kata Matahari memberitahu.

Nana memperhatikan Kaktus.
Kaktus diam. Ia melihat Nana mengenakan sarung tangan, kemudian menyentuh duri kecilnya. Nana memperhatikan kaktus dengan seksama, mencari-cari apakah ada penyakit dalam diri kaktus. Selain itu, Nana juga memercikan air sedikit ke tubuh kaktus.

Nana membawa kaktus ke dalam rumah
“ Kaktus yang cantik, tidak berpenyakit, dan tumbuh dengan kuat.” Nana berkata pada dirinya sendiri sambil tersenyum. Nana senang dan merasa puas terhadap tanamannya yang tumbuh cantik dan kuat. Ia melepas sarung tangan dan masuk ke dalam rumah dengan membawa peralatan menyiramnya.

Kaktus, Mawar dan Matahari
“ Hei, apakah kalian melihat apa yang baru saja dilakukan Nana terhadapku?” Apa aku tidak bermimpi?” tanya kaktusbkepada Mawar dan Matahari dengan penuh kegirangan. Kaktus sempat terkejut ketika Nana memercikan air ke tubuhnya.



Kaktus, Mawar dan Matahari
“ Iya Kaktus, kami melihatnya. Nana merawatmu seperti kami semua kan? Itu artinya Nana masih menyayangi dan memperhatikanmu.” Kata Matahari.
Kaktus menyetujui perkataan Matahari, dia sekarang tidak merasa sedih lagi.
Kaktus, Mawar dan Matahari
Maafkan aku teman, tadi aku sempat merasa iri terhadap kalian. Aku juga merasa bersalah terhadap Nana karena telah berburuk sangka kepadanya.” Pinta Kaktus kepada Mawar, dan Matahari. “ Tidak apa-apa Kaktus,kami mengerti perasaanmu. Nana itu anak yang baik, dia selalu merawat kita tanpa kecuali.” Nasihat Mawar

B.    Nilai-nilai Edukatif
1.      Nilai-nilai Agama dan Moral
Agar dianjurkan unutk menyayangi  makhluk ciptaan Allah SWT contohnya tanaman.
2.      Kognitif
Anak dapat mengenal dan membedakan warna bunga menurut jenisnya serta anak belajar berhitung lewat bunga.
3.      Bahasa
Anak dapat mengenal nama-nama jenis bunga.
4.      Seni
-          Seni Musik
Anak bisa menyanyikan lagu “Lihat Kebunku”
-          Seni Rupa
Anak bisa mewarnai gambar bunga sederhana
-          Seni Peran
Anak bisa bersandiwara sebagai nana dalam cerita
5.      Motorik
Anak belajar melatih kelenturan tangan lewat mewarnai dan berwayang.












BAB IV
PENUTUP
A.        Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat dipaparkan bahwa penerapan metode bercerita dapat mengembangkan bahasa ekspresif anak. Hal ini dapat dilihat dengan langkah-langkah penerapan metode  bercerita sebagai berikut :
1) Anak mengatur posisi duduknya,
2) Anak memperhatikan guru menyiapkan alat peraga,
3) Anak termotivasi untuk mendengarkan cerita,
4) Anak diberi kesempatan untuk memberi judul cerita,
5) Mendengarkan judul cerita,
6) Anak mendengarkan cerita guru sambil memperhatikan gambar yang guru perlihatkan,
7) Setelah selesai bercerita anak memberikan kesimpulan isi cerita,
8) Guru melengkapi kesimpulan tentang isi cerita dari anak.

B.     Saran
Bagi guru PAUD khususnya, diharapkan mampu menerapkan metode yang tepat dalam proses pembelajaran, utamanya dalam kegiatan metode bercerita. Hal ini disebabkan karena tidak semuanya anak normal, kadang kala ada anak yang mempunyai kepribadian yang lain, misalnya autis, dan ini tentunyan membutuhkan keterampilan yang tepat.
 

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda