Rabu, 27 April 2016

Makalah Keraifan Lokal Kecamatan Baregbeg Ciamis



MAKALAH
KEARIFAN LOKAL KECAMATAN BAREGBEG


Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kearifan Lokal dan Nilai Budaya
Dosen Bpk. Rano Sukmantara, S.Pd






Disusun Oleh :
MINA GERMINA
NIM : 41032107141117



Program Studi Guru Paud
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan  (FKIP)
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA (UNINUS)
Bandung
Tahun 2016

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Kearifan Lokal dan Nilai Budaya yang berjudul “ Kearifan Lokal Daerah Baregbeg”. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Kearifan Lokal dan Nilai Budaya di Jurusan Pendidikan Guru PAUD, UNINUS. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bpk. Rano Sukmantara, S.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Kearifan Lokal dan Nilai Budaya dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.
                                                                                    
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.



Baregbeg,    April 2016

Mina Germina
DAFTAR ISI



Kata Pengantar  ........................................................................................................ i
Daftar Isi         ...........................................................................................................  ii

BAB I   PENDAHULUAN ....................................................................................
                     1.1Latar Belakang ......................................................................................     
                     1.2 Rumusan Masalah .................................................................................     
                     1.3 Tujuan ...................................................................................................
                     1.4 Metode Penelitian .................................................................................
                     1.5 Sistematika Penyusunan  ......................................................................    
      
BAB II  PEMBAHASAN .......................................................................................
                     2.1 Profil Kecamatan Baregbeg ..................................................................
   2.1.1 Makanan Khas Kecamatan Baregbeg ......................................
   2.1.2 Kerajinan Khas Kecamatan Baregbeg .....................................
   2.1.3 Pakaian Tradisional ..................................................................
   2.1.4 Permainan Tradisional ..............................................................
   2.1.5 Kesenian Tradisional ................................................................
                     2.2 Kearifan Lokal Kecamatan Baregbeg ..................................................

BAB III PENUTUP ................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA  

BAB I
PENDAHULUAN

 1.1 Latar Belakang
Baregbeg adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kecamatan Baregbeg berjarak 3 km dari pusat Kota Ciamis. Kantor Kecamatan Baregbeg beralamat di Jalan R.E. Martadinata No. 301, Baregbeg, Ciamis, 46274.
Masyarakat Baregbeg merupakan orang-orang kreatif, banyak menghasilkan barang produksi rumahan, baik itu makanan atau barang keperluan sehari-hari yang dipasarkan di daerah Baregbeg sampai ke luar kota.
Hampir semua penduduk memeluk agama islam. Setiap hari besar agama islam selalu diadakan acara untuk memperingati dan mendidik generasi muda agar semakin bangga dan cinta akan agama islam. Sebagai media pembelajaran tentang makna hari besar tersebut.

1.2 Rumusan Masalah
1.       Bagaimanakah profil Kecamatan Baregbeg ?
            2.       Bagaimanakah kearifan lokal Kecamatan Baregbeg ?

       1.3 Tujuan
1.      Menjelaskan denfinisi lengkap Kecamatan Baregbeg
2.      Menyebutkan beberapa jenis kearifan lokal Kecamatan Baregbeg.

1.4  Metode Penelitian
              Jenis metode penelitian yang digunakan adalah Metode Deskriptif dimana metode ini bertujuan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu, dalam hal ini bidang secara aktual dan cermat. Metode deskriptif bukan saja menjabarkan (analitis), akan tetapi juga memadukan. Bukan saja melakukan klasifikasi, tetapi juga organisasi. Metode penelitian deskriptif pada hakikatnya adalah mencari teori, bukan menguji teori. Metode ini menitikberatkan pada observasi dan suasana alamiah.

1.5 Sistematika Penyusunan
1.            Sampul
2.            Kata Pengantar
3.            Daftar Isi
4.            Bab I Pendahuluan
Ø  Latar Belakang
Ø  Rumusan Masalah
Ø  Tujuan
Ø  Metode Penelitian
Ø  Sistematika Penyusunan
5.            Bab II Pembahasan
Ø  Profil Kecamatan Baregbeg
·         Makanan Khas Kecamatan Baregbeg
·         Kerajinan Khas Kecamatan Baregbeg
·         Pakaian Tradisional
·         Permainan Tradisional
·         Kesenian Tradisional
Ø  Kearifan Lokal Kecamatan Baregbeg
6.            Bab III Penutup



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Profil Kecamatan Baregbeg
              Kecamatan Baregbeg berada ± 3 Km sebelah utara Pusat Kota Ciamis dengan batas daerah:
Ø  Sebelah selatan Kecamatan Ciamis,
Ø  Sebelah barat Kecamatan Sadananya,
Ø  Sebelah utara Kecamatan Kawali,
Ø  Sebelah Timur Kecamatan Sukadana.

Kecamatan Baregbeg terdiri dari 9 desa yaitu:
1.      Desa Baregbeg sebagai Ibu Kota Kecamatan,
2.      Desa Saguling
3.      Desa Sukamulya
4.      Desa Mekarjaya
5.      Desa Jelat
6.      Desa Pusakanagara
7.      Desa Petirhilir
8.      Desa Karangampel, dan
9.      Desa Sukamaju.

Sarana Pendidikan :
  1. SMP Negeri 1 Baregbeg
  2. SMP Negeri 2 Baregbeg
  3. SMP Negeri 3 Baregbeg
  4. SMA Negeri 1 Baregbeg
  5. SMK Al Huda Turalak
  6. MA Al Hasan Babakan
  7. Universitas Galuh (UNIGAL)
  8. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Babakan Karangampel
  9. MTs Darul Ulum Petirhilir
  10. MTs Sabilissalam Pusakanagara
Sarana Keagamaan :
  • Masjid
  • Pesantren Banyulana, Dusun Nanggewer, Desa Jelat
  • Pesantren Al Huda Turalak
  • Gedung Dakwah Kecamatan Beregbeg

Sarana Kesehatan
  1. Pusat Kesehatan Masyarakat Baregbeg
  2. Rumah Sakit Al-Arif
  3. Rumah Sakit Nirmala
  4. Bidan di setiap desa
Sarana Transportasi
  • Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) : 1 buah
  • Angkutan Kota (angkot) 01 (Ciamis-Jelat)
  • Angkot 02 (Ciamis-Jelat)
  • Angkot 02B (Ciamis-Jelat)
  • Angkot 16 (Ciamis-Saguling-Sukamulya-Jalatrang)
  • Angkot 17 (Ciamis-Sukamaju-Petirhilir)
  • Angkot 21 (Ciamis-Karang Ampel)
Rumah makan
  • Rumah Makan Ampera
  • Rumah Makan Mulyasari
Sarana Rekreasi
·         Icakan
2.1.1 Makanan Khas Kecamatan Baregbeg
                  Makanan Khas Kecamatan Baregbeg antara lain:
1.      Serundeng





Serungdeng dibuat dari buah kelapa yang diparut dan digoreng hingga berwarna kecoklatan, biasa digunakan untuk taburan ayam goreng. Serungdeng banyak dihasilkan dari Desa saguling dan menjadi komoditas Desa Saguling.

1.      Colok Gembrung


Sate kulit atau orang Baregbeg sebut colok gembrung terbuat dari kulit sapi yang dibumbui dengan galendo. Colok gembrung banyak diproduksi di Desa Mekarjaya, untuk mendapatkan colok gembrung tidak susah karena sudah banyak yang jualan di Pasar Ciamis.

1.      Keripik Pisang


Dari namanya sudah jelas dari buah apa keripik ini berasal. Tapi di daerah Baregbeg ada beberapa jenis keripik yaitu: keripik singkong, keripik sukun, keripik pisang dan keripik talas. Dari semua jenis keripik tersebut keripik pisanglah yang menjadi primadona keripik dari Kecamatan Baregbeg. Adapun desa penghasil Keripik adalah Desa Jelat, Desa Pusakanagara dan Desa Saguling. Ada perbedaan penglolahan dalam pembuatan keripik dari ke-2 desa tersebut terutama dalam pembuatan keripik singkong.

1.      Bolu Kijing


Makanan tradisional ini sudah berada sejak dulu, namun masih tetap popular pada jaman sekarang. Bolu kijing biasa ada dalam beberapa kegiatan seperti hajatan, khitanan ataupun dalam acara kumpul-kumpul keluarga. Untuk beberapa kegiatan seperti menjelang Idul Fitri biasanya pembuat Bolu kijing akan kebanjiran pesanan karena kue ini kerap digunakan masyarakat sebagai bingkisan untuk orang tua atau sanak saudara yang lainnya. Kue ini di produksi di Desa Jelat dan Desa Pusakanagara bias dilihat dari bentuk kue yang berbeda.

1.      Kue Cuhcur
Kue dari tepung beras ini enak bi santap ketika hangat, dengan bagian luar yang garing dan bagian dalam yang lembut. Manis dengan tambahan gula merah asli tanpa tambahan pengawet dan bahan kimia yang lainnya. Di produksi di Desa Jelat dan Desa Karangampel.

1.      Comring atau Combro Kering
 

Cemilan yang terbuat dari singkong yang diparut terlebih dahulu dan diolah kembali sehingga berbentuk seperti keripik dan diberi tempe ditengahnya merupakan cemilan pas buat pendamping minum kopi atau teh. Dibuat di Desa Jelat.
1.      Tahu Bulat


Untuk para pecinta kuliner tahu bulat kemarin-kemarin sangat tenar. Dijual diatas bak terbuka dengan suara yang unik menjadi cirri khasnya. Ada beberapa pengrajin tahun bulat di Desa Jelat, sehingga membuka peluang usaha bagi warga sekitarnya baik yang muda sampai yang tua masih diterima bekerja.

            2.1.2 Kerajinan Khas Kecamatan Baregbeg
Ada beberapa pengarajin barang keperluan dalam pekerjaan sehari-hari masih memproduksi barang tersebut walaupun sekarang dipasar sudah banyak barang yang lebih canggih dan modern namun barang tersebut masih banyak dicari dan diminati. Barang produksi Kecamatan Baregbeg diantaranya:
1.      Pengrajin Besi
Desa Baregbeg jaman dulu terkenal dengan banyak pandai besi, sekarang ada beberapa pengrajin yang masih bertahan produksinya. Pandai besi ini bias membuat pisau, golok, cangkul, parang , arit dan perkakas lainnya yang terbuat dari besi.

2.      Joran, Koja dan Serok
Joran atau alat pancing sederhana dari Desa Jelat masih banyak diminati oleh para mancing manis. Pendistribusian joran sudah sampai ke Pulau Bali dan pulau besar lainnya. Untuk kwalitas tidak kalas dengan joran buatan pabrik-pabrik besar dari kota besar.

3.      Kerajinan dari bambu
Seperti dingkul, boboko, sosog dan barang lainnya untuk kegiatan sehari-hari masih di produksi dan di jual di warung di Desa Saguling. Tepatnya dipinggir Jalan Raya Kawali.

4.      Sapu ijuk
Vakum cleaner hanya orang kaya yang punya. Untuk orang menengah kebawah sapu ijuklah yang masih dibutuhkan. Di produksi di Desa Mekarjaya dengan kualitas yang bagus sesuai dengan harga yang diberikan.

5.      Sapu Lidi
Pengrajin sapu lidi di Desa Baregbeg tinggal beberapa orang saja. Itupun para pengarajin rata-rata sudah tua. Belum banyak para pemuda yang melirik bisnis ini dikarenakan harga per satu ikat sapu lidi paling mahal Rp. 2.500,-.

                                   
            2.1.3 Pakaian tradisional
Untuk pakaian adat Kecamatan Baregbeg sama saja dengan orang sunda pada umumnya. Untuk para wanita memakai kebaya dan untuk lelaki memakai kampret. Telah diwajibkannya pada Hari Kamis semua Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk memakai pakaian adat sunda merupakan nilai plus sebagai salah satu ciri jati diri orang sunda. Menambah daya tarik wisata untuk melihat langsung budaya sunda lebih dekat.
Dalam pembelajaran di Paud pun anak sudah diajarkan sejak dini tentang budaya sunda dengan menerapkan “Rebu Nyunda” yaitu setiap hari Rabu anak-anak dianjurkan untuk memakai pakaian adat sunda.

            2.1.4 Permainan Tradisional
Ø  Perepet Jengkol
Perepet jengkol jajahean
                           Kadempet kohkol jejeretean
                           Eh jaja eh jaja eh jaja eh jaja

Meski nama permainannya adalah perepet jengkol tapi sebenarnya dalam permainan tersebut sama sekali tidak melibatkan jengkol. Setelah dicari tahu sana sini tidak ada yang tahu kenapa permainan ini dinamakan perepet jengkol, yang pasti permainan ini sudah ada sejak dulu. Malah konon katanya pada zaman dulu permainan ini biasanya dimainkan ketika malam terang bulan. Jadi, waktu dulu saat terang bulan seperti itu anak-anak kampung akan keluar rumah untuk bermain di halaman.
Perepet jengkol ini dilakukan sedikitnya oleh tiga orang, namun akan semakin ramai kalau dimainkan oleh lebih dari tiga orang. Cara bermainnya seperti ini:
1. Para pemainnya berdiri sambil membelakangi temannya masing-masing kemudian para pemainnya saling berpegangan tangan atau merangkul juga boleh asal saling mengikat saja.
2. Setelah itu, salah satu kaki setiap pemainnya diangkat kemudian dikaitkan dengan kaki pemain lainnya yang diangkat juga, kaki mereka tersebut dianyamkan hingga kuat. Jadi, kaki pemain yang satu dengan pemain yang lainnya saling terkait.
3. Kalau pertahanan kakinya sudah kuat, masing-masing pemain harus menjaga keseimbangganya agar tidak terjatuh dan satu per satu mulai melepaskan tangannya.
4. Jika sudah seperti itu, semua pemain meloncat-loncat bergerak berputar ke arah kanan atau kiri tergantung kesepakatan bersama. Sambil berputar semuanya melantunkan lagu yang ada di atas sambil bertepuk tangan.
5. Semakin lama putarannya akan semakin cepat hingga akhirnya keseimbangan para pemain tidak dapat dipertahankan lagi dan semuanya berjatuhan.
                           Tidak ada pihak yang dinyatakan menang atau kalah dalam permainan ini karena permainan ini hanya dimainkan untuk bersenang-senang. Meski begitu, permainan perepet jengkol memberikan sebuah pelajaran bagi kita, yakni mengajarkan kita untuk bisa bekerja sama dengan yang orang lain. Di saat kita bisa saling bekerja sama serta mendengarkan petunjuk satu sama lain maka keseimbangan itu pun akan terjaga dengan baik. Namun, di saat kita sudah lemah dan tidak bisa lagi diajak kerja sama, jatuhlah semuanya. Kurang lebih seperti itulah permainan tradisional daerah Sunda ini. Permainan zaman dulu itu tidak sembarang permainan tetapi selalu ada makna dibalik semuanya.

Ø  Ucing Batalion
 

Permainan ini hampir sama dengan permainan petak umpet hanya saja ada perbedaan dalam penjagaannya. Petak umpet biasanya tembok, tiang atau pohon yang menjadi patokan, untuk ucing bancak yang menjadi patokan si kucing adalah lingkaran yang berisi batu pijakan dan 2 gundukan genting yang berjumlah 10 keping. 

Ø  Congkak


Permainan ini umumnya digemari kaum wanita tua, muda dan anak-anak, dilakukan dikala waktu senggang.
Alat yang diperlukan sebuah congkak terbuat dari kayu/plastik beserta 98 butir biji-bijian atau kewuk/lokan.
Permainan dilakukan oleh 2 orang dapat dilakukan di lantai atau di atas meja. Permainan congkak melatih keterampilan menghitung dan melatih tanggung jawab pada diri sendiri dan rasa setia kawan.

Ø  Ucing Sumput


Ucing sumput atau petak umpet adalah permainan dimana salah satu pemain menjadi kucing dan yang lainnya bersembunyi. Untuk si kucing ada tempat yang harus dijaga agar si kucing tidak kemalingan oleh pemain lain. Biasanya tempat tersebut adalah tembok, tiang atau pohon.

Ø  Bekles
Permainan Tradisional Bekles ini dilakukan oleh dua hingga empat orang anak wanita dengan menggunakan kewuk/lokan dan bola karet.
                           Permainan dimulai dengan mengenggam semua lokan dengan posisi bola berada di atas genggaman. Ketika bola dilambungkan, tangan kita akan secepatnya menghamburkan lokan yang digemgam dan segera mengambil bola sebelum menyentuh lantai untuk ke dua kalinya. Untuk seterusnya lokan di ambil satu persatu ketika bola dilambungkan, sampai habis.
           
Ø  Pecle
 

Sekarang ini banyak sekali permainan modern yang bisa kita mainkan, mulai dari game di tablet sampai berbagai video game di komputer, baik yang online maupun offline. Dibalik menjamurnya permainan modern saat ini, ternyata masih ada beberapa permainan tradisonal yang banyak dimainkan oleh anaka-anak zaman sekarang, terutama anak-anak di pelosok desa. Salah satu permainan tradisional tersebut adalah pecle.
Pecle adalah permainan tradisional yang sangat populer di Indonesia, banyak anak-anak yang memainkannya. Saking populernya, banyak orang Indonesia yang menganggap pecle sebagai permainan khas tradisonal Indonesia. Padahal sebenarnya pecle ini berasal dari negeri Pizza, Italia, tepatnya dari Kota Roma.
Di Roma sendiri permainan ini disebut dengan Hopscotch yang berasal dari kata Hop (melompat) dan scotch (garis-garis), karena memang cara bermainnya adalah dengan melompat diantara berbagai garis yang digambar di tanah. Awalnya permainan ini digunakan untuk melatih kekuatan, kecepatan dan stamina para prajurit Roma dalam upaya penjajahan di Glasgow, Skotlandia. Saat itu arenanya sendiri dibuat dengan ukuran yang sangat besar, 31 meter.
Setelah Glasgow jatuh ke tangan Roma, para tentara Roma kemudian mengajarkan berbagai gaya hidup orang Roma termasuk mengajarkan anak-anak Glasgow untuk bermain Hopscotch. Permainan ini kemudian menyebar dengan cepat ke berbagai penjuru dunia dan menjadi permainan yang sangat populer di kalangan anak-anak Amerika, Asia dan Eropa.
Nama pecle/engklek/sondah juga diduga berasal dari kata zondag-maandag. Kata itu berasal dari Belanda yang kemudian menyebar ke nusantara pada zaman kolonial. Pada zaman penjajahan, kerap dijumpai anak-anak perempuan Belanda yang bermain sondah. Hingga setelah Indonesia merdeka dari penjajahan, permainan tradisional ini tetap bertahan dan menjadi semakin populer di kalangan anak-anak kecil di Indonesia.
Oleh karena itu, di Indonesia sendiri permainan ini bisa kita jumpai mulai dari Sabang sampai Merauke. Namanya juga berbeda-beda di setiap tempatnya, di Jawa permainan ini disebut engklek, di sebagian Jawa Barat ada yang menyebutnya pecle, orang Palembang menyebutnya cak engkle, di Manado disebut enge-enge, dan masih banyak lagi sebutannya.

Ø  Cing Ciripit


Sebelum permainan dimulai, biasanya ada peraturan yang harus dilakukan terlebih dahulu. Misalnya, penentuan tim atau hal-hal apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama permainan.
Seperti dalam bermain sepak bola, biasanya wasit akan melakukan tos dengan menggunakan koin untuk menentukan siapa yang berhak memilih bola atau tempat bagi yang menang. Nah, ternyata di tatar Sunda juga ada salah satu cara untuk memulai suatu permainan, namanya Cing ciripit.
Cing ciripit atau di sebagian daerah lainnya disebut emeng-emengan adalah sebuah judul lagu yang biasa dinyanyikan sebelum kita memulai permainan/ucing-ucingan. Lagu ini bisa kita pakai untuk mengiringi ritual menentukan orang yang nantinya akan jadi “kucing”.
Aturan mainnya pun sangat gampang, pertama biasanya anak-anak akan berkumpul membentuk lingkaran. Kemudian satu orang akan membuka telapak tangannya seperti kita sedang meminta sesuatu. Biasanya orang ini yang umurnya lebih tua atau yang punya jiwa kepemimpinan yang lebih.
Setelah itu anak-anak yang lain harus menempatkan satu jari telunjuknya di atas telapak tangan tadi. Setelah semua anak-anak menempatkan telunjuknya, mereka akan akan bernyanyi cing ciripit seperti di bawah ini.
                           Cing ciripit
                           Tulang bajing kacapit
                           Kacapit ku bulu pare
                           Bulu paré seuseukeutna
                           Jol, pa dalang mawa wayang, Jékjéknong!

Setelah lagu berakhir tepatnya saat kata Jejeknong, semua peserta harus siap-siap menarik jari telunjuknya, karena kalau jarinya bisa ditangkap oleh telapak tangan, nanti kita akan jadi “kucing” nya.
Sangat sederhana memang, tapi selain sebagai alat menentukan siapa yang jadi “kucing”, cing ciripit juga bisa menjadikan suasana lebih cair dengan gelak tawa dan nyanyian sebelum nantinya kita serius pada suatu permainan. Kadang juga cing ciripit ini berdiri sendiri sebagai sebuah permainan.

            2.1.4 Kesenian Tradisional
                                 Kesenian Baregbeg diantaranya:
1. Rebana
Kesenian ini biasanya dilakukan oleh sekumpulan ibu-ibu pengajian untuk memeriahkan sebuah acara keagamaan.
2. Karawitan degung
3. Lengser


2.2 Kearifan Lokal Kecamatan Baregbeg
Budaya Sunda mempunyai peranan penting dalam budaya Indonesia, termasuk bahasanya. Bahasa Sunda menjadi salah satu pendukung atau pemerkaya bahasa Indonesia. Tidak sedikit kosakata bahasa Sunda menjadi warga bahasa Indonesia. Untuk itu, tidak berlebihan jika bangunan bahasa Indonesia ditopang oleh bahasa Sunda. Kearifan lokal, terdiri dari dua kata yaitu kearifan (wisdom) atau kebijaksanaan dan lokal (local) atau setempat. Jadi kearifan lokal adalah gagasan setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.
Menurut Gobyah nilai terpentingnya adalah kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah. Secara konseptual, kearifan lokal dan keunggulan lokal merupakan kebijaksanaan manusia yang bersandar pada filosofi nilai-nilai, etika, cara-cara dan perilaku yang melembaga secara tradisional.
Menurut Antariksa (2009), kearifan lokal merupakan unsur bagian dari tradisi-budaya masyarakat suatu bangsa, yang muncul menjadi bagian-bagian yang ditempatkan pada tatanan fisik bangunan (arsitektur) dan kawasan (perkotaan) dalam geografi kenusantaraan sebuah bangsa. Dari penjelasan beliau dapat dilihat bahwa kearifan lokal merupakan langkah penerapan dari tradisi yang diterjemahkan dalam artefak fisik. Hal terpenting dari kearifan lokal adalah proses sebelum implementasi tradisi pada artefak fisik, yaitu nilai-nilai dari alam untuk mengajak dan mengajarkan tentang bagaimana ‘membaca’ potensi alam dan menuliskannya kembali sebagai tradisi yang diterima secara universal oleh masyarakat, khususnya dalam berarsitektur. Nilai tradisi untuk menselaraskan kehidupan manusia dengan cara menghargai, memelihara dan melestarikan alam lingkungan. Hal ini dapat dilihat bahwa semakin adanya penyempurnaan arti dan saling mendukung, yang intinya adalah memahami bakat dan potensi alam tempatnya hidup; dan diwujudkannya sebagai tradisi.
Definisi kearifan lokal secara bebas dapat diartikan nilai-nilai budaya yang baik yang ada di dalam suatu masyarakat. Hal ini berarti, untuk mengetahui suatu kearifan lokal di suatu wilayah maka kita harus bisa memahami nilai-nilai budaya yang baik yang ada di dalam wilayah tersebut. Kalau mau jujur, sebenarnya nilai-nilai kearifan lokal ini sudah diajarkan secara turun temurun oleh orang tua kita kepada kita selaku anak-anaknya. Budaya gotong royong, saling menghormati dan tepa salira merupakan contoh kecil dari kearifan lokal.

Ciri – ciri dari kearifan lokal yaitu
                    1.      Mampu bertahan terhadap budaya luar,
                    2.      Memiliki kemampuan mengakomodasi budaya luar,
                    3.      Memiliki kemampuan mengendalikan,
                    4.      Mempunyai kemampuan mengintegrasi unsure budaya luar ke dalam budaya asli,
                    5.      Mampu member arah pada perkembangan budaya.
I Ketut Gobyah dalam “ Berpijak pada Kearifan lokal” mengatakan bahwa kearifan lokal (local genius) adalah kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah. Kearifan lokal merupakan perpaduan antara nlai – nilai suci firman Tuhan dan berbagai nilai yang ada. Kearifan lokal terbentuk sebagai keunggulan budaya masyarakat setempat maupun kondisi geografi dalam arti luas. Kearifan lokal merupakan produk budaya masa lalu yang patut secara terus- menerus dijadikan pegangan hidup. Meskipun bernilai lokal tetapi nilai yang terkandung di dalamnya dianggap sangat universal.
S. Swarsi Geriya “Menggali Kearifan Lokal untuk Ajeg Bali” mengatakan bahwa secara konseptual kearifan lokal dan keunggulan lokal merupakan kebijaksanaan manusia bersandar pada filosofi nilai-nilai, etika. Cara-cara yang dianggap baik dan benar sehingga dapat bertahan dalam waktu yang lama dan bahkan melembaga.
Adapun kearifan lokal yang masih dijunjung tinggi oleh masyarakat Kecamatan Baregbeg adalah :
1.      Sikap gotong royong
Sikap ini masih sangat terasa di Baregbeg dalam kehidupan sehari-hari baik itu : Jumsih (Jumat Bersih), pembangunan rumah warga, hajatan, pemakaman dan lain sebagainya.
2.      Dingkleng Dengdek
Lagu dingkleng dengdek masih dipercaya masyarakat Kecamatan Baregbeg dinyanyikan sebelum acara dimulai yang bertujuan agar urusan/acara yang akan disenggarakan berjalan dengan lancar tanpa ada halangan apapun.
3.      Perelek
Bisa dibilang  juga tabungan bersama baik itu dalam lingkup RT, RW sampai ke tingkat desa. Dana yang terkumpul akan dipergunakan bersama seperti perbaikan fasilitas umum.
4.      Ronda
Kegiatan ronda malam masih dilakukan sebagai antisapasi masyarakat akan kemalingan.

BAB III
PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai kearifan lokal yang ada pada Kecamatan Baregbeg yang tidak lain adalah pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan materi makalah.
Penulis banyak berharap pada pembaca yang budiman guna memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah – makalah lain di kesempatan yang berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga pembaca yang budiman pada umumnya.
Sekian penutup dari kami semoga berkenan di hati, kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.




Baregbeg,    April 2016

Mina Germina